Ahok menegaskan bahwa ia selalu berpegang pada ideologi dalam memilih partai politik. “Saya pindah partai karena tidak berprinsip partai tersebut. Saya ikut partai karena ideologi, bukan pragmatis,” ujarnya. Ahok juga menambahkan bahwa perpindahan partainya tidak pernah didorong oleh keinginan mengejar jabatan atau kekuasaan.
Dalam perjalanan karir politiknya, Ahok pernah menjadi anggota berbagai partai, mulai dari Perhimpunan Indonesia Baru (PIB), Golongan Karya (Golkar), hingga Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Saat ini, ia telah menetap di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Menurut Ahok, kesetiaannya pada PDI-P akan terus terjaga selama partai tersebut tetap berpegang pada prinsip-prinsip ideologis yang sesuai dengan keyakinannya.
“Kalau suatu hari partai kita dicap partai terlarang, dipenggal, dihukum mati pun saya akan maju ke depan untuk dipenggal. Karena ini ideologi saya,” tegas Ahok dengan penuh semangat, menceritakan pengalamannya berbicara dengan Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri.
Ahok juga menekankan pentingnya disiplin berorganisasi dan berpegang teguh pada prinsip dalam dunia politik. Ia mengkritik partai-partai yang tidak memiliki arah ideologi yang jelas dalam mengurus kepentingan rakyat. “Kalau partai politik tidak punya ideologi mengurus rakyat, sorry, saya tinggalkan,” pungkas Ahok.
Komitmen Ahok dalam berpolitik didasarkan pada integritas ideologi, bukan kepentingan pragmatis, yang menurutnya adalah landasan penting dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat.