InfoJabar.co.id – Peristiwa G30S/PKI telah menjadi luka mendalam dalam sejarah Indonesia. Tragedi ini tidak hanya menorehkan kisah pengkhianatan, tetapi juga memunculkan enam sosok pahlawan yang gugur dalam mempertahankan bangsa dari ancaman kudeta. Berikut profil keenam pahlawan revolusi tersebut, yang namanya terus dikenang sebagai simbol pengorbanan tertinggi bagi bangsa ini:
1. Jenderal Ahmad Yani
Lahir di Jenar, Purworejo, pada 19 Juni 1922, Jenderal Ahmad Yani dikenal sebagai figur militer yang tegas dan berani. Pendidikan militernya dimulai di Magelang melalui Heiho, dan dilanjutkan di Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor. Sepanjang kariernya, ia terlibat dalam berbagai operasi militer penting, termasuk penumpasan pemberontakan PKI Muso di Madiun pada 1948 dan PRRI di Sumatera pada 1958. Di puncak kariernya, Yani menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada 1962. Pada 1 Oktober 1965, ia gugur setelah diculik dan dibunuh oleh anggota G30S PKI.
2. Letnan Jenderal R. Suprapto
Letnan Jenderal Raden Suprapto, lahir di Purwokerto pada 20 Juni 1920, adalah salah satu perwira yang menonjol dalam berbagai operasi militer semasa kemerdekaan. Meskipun pendidikan militernya di Akademi Militer Kerajaan di Bandung terhenti akibat kedatangan Jepang, Suprapto berperan aktif dalam berbagai operasi, termasuk merebut senjata Jepang di Cilacap dan penumpasan pemberontakan DI/TII di Jawa Barat. Suprapto gugur pada 1 Oktober 1965, menjadi korban keganasan G30S PKI.
3. Letnan Jenderal M.T. Haryono
Lahir di Surabaya pada 20 Januari 1924, Letnan Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono awalnya menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta sebelum memilih jalur militer. Dikenal sebagai sosok perwira yang cerdas, ia terlibat dalam berbagai operasi besar, termasuk penumpasan DI/TII di Jawa Barat. Haryono tewas setelah diculik dan dibunuh oleh kelompok G30S PKI pada 1 Oktober 1965.
4. Letnan Jenderal S. Parman
Letnan Jenderal Siswondo Parman, kelahiran Wonosobo pada 4 Agustus 1918, adalah ahli intelijen ulung. Ia mengenyam pendidikan di Sekolah Polisi di Sukabumi dan kemudian melanjutkan karier militernya dengan keterlibatan dalam berbagai operasi, termasuk pemberantasan DI/TII di Jawa Barat. Sosoknya yang jeli dalam operasi intelijen membuatnya menjadi target G30S PKI, yang akhirnya membunuhnya pada 1 Oktober 1965.
5. Mayor Jenderal D.I. Panjaitan
Mayor Jenderal Donald Isaac Panjaitan, lahir di Balige, Sumatera Utara pada 9 Juni 1925, adalah seorang perwira yang tak hanya cerdas, tetapi juga penuh dedikasi. Setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta, ia terlibat dalam berbagai operasi militer, termasuk penumpasan DI/TII di Jawa Barat. Panjaitan menjadi salah satu pahlawan revolusi yang gugur di tangan G30S PKI pada 1 Oktober 1965.
6. Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, lahir pada 28 Agustus 1922 di Kebumen, juga memulai karier militernya setelah mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta. Sutoyo dikenal sebagai perwira yang gigih, terutama dalam berbagai operasi di Jawa Barat. Pada 1 Oktober 1965, Sutoyo menjadi korban penculikan dan pembunuhan oleh anggota G30S PKI.
Menghargai Pengorbanan yang Abadi
Keenam pahlawan revolusi ini telah memberikan pengorbanan terbesar mereka demi melindungi kedaulatan bangsa dari ancaman kekuasaan yang licik. Mereka adalah simbol keteguhan hati dan keberanian yang layak dikenang oleh setiap generasi Indonesia. Perjuangan mereka bukan hanya catatan sejarah, tetapi pengingat abadi bahwa persatuan dan kesatuan adalah kunci menjaga kejayaan negeri ini.